Monday, July 09, 2007

Aku mengenal dua orang yang berbeda dengan satu perkerjaan yang sama. Berkerja bagi orang yang pertama adalah siksaan, setiap hari ia mengumpat tidak ada habis-habisnya tentang betapa berat tugas yang harus ia selesaikan dan betapa banyak beban kerja yang tidak sesuai dengan gaji.

Orang yang kedua punya cara lain untuk menghayati pekerjaannya, dia tidak hanya menyelesaikan pekerjaannya dengan senang hati, tapi juga menghayati dan mencari makna sebenarnya dari pekerjaan yang dia lakukan.

Pada pagi hari ada dua perbedaan yang mencolok dari keduanya. Senyum dan perasaan positif. Dua hal penting untuk jiwa yang sehat. (hal yang sudah sulit untuk ditemui)

Kenapa mereka bisa memandang hari dengan berbeda, padahal apa yang mereka hadapi sama. Mungkin itu yang disebut: semua hal itu asalnya dari niat kita. Apakah kita hanya mencari uang dan membuang waktu hingga datang kematian atau memang bekerja dan menghargai waktu yang terus melewati kita.

Ah, sebenarnya untuk apa sih hidup, kalau kita paham atas apa yang kita inginkan dan bagaimana untuk menjadi yang kita inginkan… nikmati dong bung, jangan kebanyakan mengeluh.

Tuesday, July 03, 2007

ketika dia sadar dia sudah melingkarkan jarinya dengan sebentuk cincin.

platina berbentuk lingkaran penuh itu sebenarnya tidak sesuai dengan model yang dia inginkan, tapi waktu sudah berlalu.

dalam hela nafas dirasanya kebaya putih tulang yang dulu begitu nyaman dicobanya, sekarang terasa menekan air mata yang hendak meremmbes keluar dari hatinya.

itu sebulan yang lalu, keindahan pada sebuah hari yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
sedangkan malam tadi adalah peringatan pertama dari perayaan itu. satu bulan yang terasa begitu cepat, dengan jutaan memori yang terus direkamnya segera.

dalam perenungan ia merasa, benar adanya ucapan ibu, sebuah pernikahan itu sama nyatanya dengan sebuah kejujuran. jujur atas apa yang kita harapkan dan jujur melihat realita. betapa menyenangkan jika harapan bertemu realita.

duajulimalam

Sunday, May 27, 2007

Breakfast at Tiffany's dan 12 Mawar Warna Salem

kamu telah mencuri memoriku di saat-saat sehabis hujan yang tersisa dari rintik-rintik pohon beringin depan rumah jeruk

memori tentang pagi akhir pekan dengan roti panggangmu yang tidak pernah absen, lagu tentang beda-beda kita dan 12 tangkai bunga itu... kenapa harus 12, aku tidak suka angka itu. tapi toh aku tidak pernah protes...

aku sedang gelisah sekali, menulis yang tidak perlu dan mencari yang tidak ada...

Tuesday, April 17, 2007

saat ini tentangmu

permainan kita sayangku,

jauh lebih romantis dari pelukanmu saat aku pilek,

jauh lebih manis dari ciumanmu di pagi buta,

jauh lebih berani dari waktu kau melamarku,

saat kujawab semua pertanyaanmu,

kau tak perlu menatapku sayang,

karena lensa kejujuran itu telah kukirimkan lewat sms tengah malam kita,

telepon dini hari yang gila,

dan jajaran kata yang kuketik untukmu,

dan hanya untukmu...

Tuesday, April 03, 2007

PUISI BIDADARI



bidadari, aku menulis padamu:

aku tidak tahu apa yang kau bawa,
dan apa yang kau tinggalkan,
aku tidak tahu apa yang ingin kau pertahankan,
dan apa yang ingin kau relakan,

kau adalah siluet indah di sebuah pertigaan,
yang selalu membekas dalam kotak pikiranku,
hantu yang manis dan cantik;

sesaji untukmu adalah pelangi di jalan tol,
serta bunga pinggir jalan berwarna orange,
karena kau adalah hantu yang eksentrik;

bidadariku,
kutunggu kau malam ini untuk bercengkrama,
tak usah kau hadir di bawah pohon anggur tempatku menatap bintang,
cukup kau tatap langit yang sama,
lalu dengan hati perempuan yang kita miliki,
sama-sama resapi cinta yang juga sama;

bidadari putih,
ketikan jarimu adalah energi terindah saat ini*

bidadari: aku jatuh cinta
siang itu, di bawah bulatan matahari,
sambil meringis, mengernyit,
kubuka pagar yang berderik,
hati-hati berjingkat menemuimu,
menemanimu mencipta teduh,
kukulum senyumku, lalu...
tap! dengan mengikat selembar kerudung pelangi,
aku membingkaimu dari buram kaca bis kota,
memandangmu sebagai keindahan,
dan berkata dalam hati: ”you are life it self”
sadar, aku pun jatuh cinta kepadamu;
:perempuan karnaval paling manis

lagi, untukmu bidadari
aku membagimu bagai bulan terbelah dua,
aku tidak bisa menyimpanmu hanya dalam pikiranku,
karena sore yang kita sepakati tampaknya mulai memerah,
tumpah dalam tatapanmu yang lebih berupa lirikan,
jangan kau pegangi lagi tanya yang kau tahu dia takkan bisa menjawabnya,
dia tetap ada setelah kau patahkan dengan kepak sayapmu,
jadi tidak dapatkah kau mencintai tanpa kau mendoktrinnya,
atau menahannya untuk terus berada dalam segitiga yang terus kau ungkit,
sekali lagi,
kutunggu kau untuk menjawabnya,
beri aku peta hatimu,
biar kutundukkan arahmu yang centang perentang

Lubhyati
ah, ternyata kau memang ada di sana,
kukira kau hanya siluet yang pernah kutemui di pertigaan itu,
yang kucatat dalam sebuah perasaan kamaratih pada kinasihnya,
berapa tahun yang pajang kita lewati tanpa kata-kata sayang,
lalu bagaimana cinta itu bisa menampakkan diri...
padahal aku tidak pernah benar-benar menyentuhmu,
meraba pipimu atau mengecupnya,
apa itu perlu bukti sayang?

uhm...
tapi aku tidak perlu dekat denganmu,
menghabiskan hidupku bersamamu,
meronce waktu-waktu jakarta melihat pameran,
atau menonton pekan raya,
soalnya, nanti kepuasaan itu akan hilang bukan,
kepuasan menikmatimu dalam ingatan siluet di pertigaan itu...

Friday, March 30, 2007


Happy things happen when you are sad

Finally I found it, my ultimate lost CD of Love Psychedelico.

It's almost been four years since I heard their songs...

And it came again when I'm really in bad mood of all things bad happen in my life....




dari Maryam Supraba (http://www.friendster.com/36961249):

hmmm...kalimat-kalimat yang terlontar seperti senja... mata yang sunyi. apa yang kamu cari?


dari Tintin
bertahun aku mencoba mencari goresan awal pada kertas kerjaku yang usang, berharap bertemu alasan kumulai kehidupan...
lagi iseng banget....
just want to tell what I feel...

(ga susah kan baca aku)


Theres times where I want something more
Someone more like me
Theres times when this dress rehearsal
Seems incomplete
But, you see the colors in me like no one else
And behind your dark glasses youre...
Youre something else

Youre really lovely
Underneath it all
You want to love me
Underneath it all
Im really lucky
Underneath it all
Youre really lovely

You know some real bad tricks
And you need some discipline
But, lately youve been trying real hard
And giving me your best
And, you give me the most gorgeous sleep
That Ive ever had
And when its really bad
I guess its not that bad


So many moons that we have seen
Stumbling back next to me
Ive seen right through and underneath
And you make me better
Ive seen right through and underneath
And you make me better
Better... better...

You are my real prince charmin
Like the heat from the fire
You were always burnin
And each time youre around
My body keeps stalin
For your touch
Your kisses and your sweet romancin
Theres an underside to you
That so many adore
Aside from your temper
Everything else secure
Youre good for me, baby
Oh that, Im sure
Over and over again
I want more

Youve used up all your coupons
And all youve got left is me
And somehow Im full of forgiveness
I guess its meant to be

Youre really lovely
Underneath it all
You want to love me
Underneath it all
Im really lovely
Underneath it all
And youre really lovely

(No Doubt-Underneath it all)

Tuesday, March 27, 2007

sebuah penutup yang manis

sunyi di pukul empat subuh, membuka pintu, dan mempersilakan masuk wangi melati anting diramu dengan aroma anggrek merpati, lalu berkhayal dan menerbangkannya bersama angin pagi yang dingin menyegarkan, bahkan tanpa guyuran air garam hangat di jam 3 dini hari tadi.

lalu ketika seorang sahabat mengetuk pintuku lagi dan lagi, matahari belum menyemburat benar,dan bunga lidah cicak pun belum membuka kuncupnya.Seperti dulu-dulu, dia membawa cerita-ceritanya
di antara angin pagi yang menghembus masuk mengiringi ceracaunya yang juga seperti dulu-dulu,
yah sedikit berbeda, tapi serupa dengan saat-saat kami seringmenghabiskan kopi manis berkrim kental di bangku rotan itu...
Tak sampai terang dia bergegas mengakhiri.
Lalu dia menyodoriku sebuah penutup yang manis untuk pertemuan hari itu…


(hutan jakarta bikin tersesat ya, aku rindu saat-saat kita bisa duduk leluasa dan berbicara)

aku tidak pernah menyuruhmu diam...

Friday, March 23, 2007

horen, lusiteren mijn jammer, erg slechts…


Entah mengapa banyak sekali orang senang berbicara, berkomentar dan berkata-kata atas apa yang tertangkap mata, hidung atau kuping (terutama yang satu ini). Meskipun akhirnya salah berucap pun, tetap saja merasa puas, yang penting bicara!

Apa karena bicara adalah salah satu bentuk eksistensi paling mudah? bisa dilakukan asal saja, tinggal bla...bla...bla.. pun jadi.

Teriak-teriak dalam ruangan juga oke saja, asal mampu memenuhi nafsu bicara, hah! konyol sekali!

Kecenderungan bicara dan tidak mendengar, bisa jadi karena mendengarkan itu sulit, butuh konsentrasi dan kesabaran.

Mungkin kemudahan memang lebih disukai, memilih melihat hasil dibandingkan usaha yang mendahului hasil tersebut. Bicara jelas lebih terlihat hasilnya:kata-kata yang berhamburan yang merangkum diri kita, dengar! diri kita (garis bawah)

peduli apa dengan isinya bukan?

sedangkan mendengar? (huruf tebal) itu soal orang lain-tidak berhubungan dengan diri kita:ehm... itu kan milik orang lain, apa pentingnya untuk kita.

naru hodo, itu sebabnya, begitu sulitnya menemukan orang yang benar-benar mendengar:menghayati dan mencermati.

Wednesday, March 21, 2007

menunggumu

malam tadi ada sebuah penolakan yang membekas pada mimpiku, pedih dan menyakitkan, penuh amarah dan kekecewaan, pagi ini, kucuran air jeruk purut seperti dibubuhkan pada luka itu, padahal aku belum benar-benar bangun dan beranjak dari tidurku, dua rasa nyeri di ulu ati membuatku teringat-ingat pada suatu waktu

dulu, moment saat aku mengucap mantra soal satu keinginan, yang kueja hati-hati sekali pada suatu pagi yang benar pagi-pagi, sekeluar aku dari sebuah lift sempit yang di kelilingi kaca, yang membuat aku dapat leluasa menikmati pantulanku dan lalu menemukan sesuatu yang hilang dalam hitungan sekon-sekon terkecil dalam hari-hariku, bersama ingatan akan sebuah lagu masa kuliah, masa militan sebagai penikmat musik indie kampus,

"kutunggu dirimu, sampai aku ketiduran, kumimpi dikejar kunang-kunang..."

aku sudah menunggu, itu aku tahu. tapi aku baru sadar bahwa yang kutunggu bukan apa yang selama ini kukira. jauh di dalam hatiku yang tanpa dasar, aku menunggu. dirimu.

dirimu, tanpa nama, tanpa wujud fisik yang jelas dan tanpa kutahu apakah kau berkacamata atau tidak. apakah rambutmu lurus atau sama bergelombang dengan rambutku. lalu warna apa yang menyebar dikulitmu hitam atau putih....

tapi dirimu, telah ada sejak dulu… dalam kejaran angin malam yang menusuk-nusuk pinus pengantuk di ujung bukit itu, juga pada sebuah dongeng bacaan rebahanku setiap malam yang tak perlu penjelasan rasional, atau dalam bunga yang tercipta kumpulan tetesan air hujan dengan gradasi merah jambu yang menyebar wangi kembang gula…

kutulis bukan pagi ini (^.^)


dari paradamar (http://www.friendster.com/user.php?uid=34607791):
Menunggu adalah sesuatu yang indah!!dalam menunggu kita bisa melakukan apa saja yang kita ingini,menari dalam rebahan napas panjang seolah dorongan dari dalam yang tergesa gesa keluar hingga meliukkan tubuh dan menjadi tarian yang indah...Menulis tentang dunia melalui dorongan jari jari yang tak pernah belajar menuliskan sesuatu yang indah,tapi kini mampu meluapkan rasa yang tersembuyi...kekuatan dalam penantian adalah kekuatan dahsyat bila kita mampu SADAR..

Thursday, March 15, 2007

berhenti untuk matahari

pagi hari yang mengembun di ujung selimutku kerap membuatku mencari matahari

dingin meruap...

ah matahari apa sih, masih ada kayu bakar dan kompor kok, biar saja matahari dengan tidur panjangnya, berjongkok di seberang mendung...

ah matahari apa sih

(di akhir pekan maret yang aneh)


ini pasti karena pil-pil kecil ituw!!!

Monday, February 19, 2007

Sepeninggal Lupa


sepeninggal lupa
lalu kau merangkak
berputar di beranda
dan menuruni setapak
bergerak lurus
menghabisi kelokan
tidak berhenti
kau lanjutkan ke kiri
menanjak miring
memandang sekitar
berpikir bingung
tak tahu harus kemana
peta tertinggal
matahari terbenam
bintang tak terbaca
arah mana
kepalamu kosong
kemudian...
tak tahulah
tak jelas:
sepeninggal lupa

2006

Thursday, February 15, 2007

Diménsï waktûmü dan kú


Dimensi waktumu dan ku begitu dekat, bahkan mungkin, pada saat perjalanan pulang ini aku melewati langkahmu yang cepat-cepat mengukur aspal trotoar. Tapi sekarang hati kita begitu jauh sayang, sehingga lariku pun melaju kencang, melewatkan saat-saat ketika kita masih bisa berdamai dengan sore hari, tanpa harus kelelahan pulang kerja, dan berdesakan dengan macet yang menghimpit sempit.

Kau ingat dimensi waktu kita dulu?

Kau di selatan dan aku di utara, melewati tiga aliran sungai kita mondar-mandir mencoret muka jalanan dengan jejak kaki dan roda-roda motor tumpangan, aku tahu saat itu kau sering melukisku dalam kesadaran yang fana, juga kerap kali tiba-tiba kau memotretku dalam tiga kedipan matamu. Semua aku buatkan album dalam nukilan-nukilan syaraf otakku yang bermemori rapuh dan jauh dari keabadian.

Hingga sayang, aku mulai melupakanmu...

Satu, dua, tiga, aku Cuma punya satu momen tak lengkap untuk mengingatmu, bisakah itu ditebus dengan perasaan sesal?
Kenapa dulu tidak simpan lebih rapi lukisan-lukisanmu, lalu kusatukan dengan foto-foto jepretanmu, lalu kuatur dengan klasifikasi dewey agar mudah menemukannya kembali saat diperlukan.

Ah! Aku terlalu sibuk untuk menolakmu masuk dalam waktuku. Aku bahkan menyiram lebih sering dan memupuk lebih banyak pagar tanaman jiwaku, hanya sekedar untuk memastikannya cukup tinggi agar tidak dapat kau lewati. Hingga akhirnya aku justru kehilangan makna.

Sayangku, aku sudah hampir sampai, di mana kau? Kemana saja selama ini? bahkan untuk mensejajari langkahku pun kau sudah menyerah.

2006

MâŔriağeáblё
....the book where I trap on



Berwaktu-waktu kemarin aku membuka tahun 2006 bersama sebuah pertemuan bagus dengan MâŔriağeáblё, book where I trap on (^.^)

At first, I thought the excitement in reading this borrowed book is because the kind of similar story with my favorite serial television, but then it catches me with abundant of hilarious feeling in enjoying the choice of words and the typical way of thinking.

Color of life in this time Riri Sardjono down to earth creation of “love story” is amaze me, and make me think: to have someone in our life is not always beautiful, but we will more regret things what we don't do than what we do right? so marriage is just another way what I should try, why not? (^o^)

Great story, thanks to Rahma. So it’s true, first impression doesn't always right.

Nukilan from back cover:

Check this sentence...

“Kenapa, sih, gue jadi nggak normal cuma gara-gara gue belom kawin?!” “Karena elo punya kantong rahim, Darling,” jawab Dina kalem. “Kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date.”
“Yeah,” sahutku sinis. “Sementara sperma kayak wine. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama.”

or this...

“Kenapa sih elo bisa kawin sama laki?!” Dina tergelak mendengarnya. “Hormon, Darling! Kadang-kadang kerja hormon kayak telegram. Salah ketik waktu ngirim sinyal ke otak. Mestinya horny, dia ngetik cinta!” See?? “Oh my God!” desah Kika ngeri. “Pernikahan adalah waktu yang terlalu lama untuk cinta!” Yup! That’s my reason, Darling!

kakakakak it's make me laugh widely all night long....

Wednesday, February 14, 2007

ei little mistake

….been there, did a stupid thing


dan sesuatu yang kecil, kecil sekali, bernama kesalahan akan merubah seluruh hidup kita, seluruhnya, dan itu tidak bisa dihapus, oleh waktu atau apapun perbuatan yang kita anggap baik, baik sekali.

yep, harus selalu berhati-hati, agar kesalahan yang kecil lainnya tidak lagi hadir di hidup kita.

everyone been there, but everyone have different way to make it a nightmare or take it as a lesson, unforgettable lesson.

Tuesday, January 23, 2007

If You Loose One Thing, So It's the time for Better Thing Come To Your Life


To Loose 2 things in one day is hard enouh. I need no more. (^.^)
But this time is different: it feels empty, but less emotional; I shout! but I take no tears for my eyes; it's lonely, but I don't give a dam!

"sedih ya sedih, tapi jangan terlalu sedih, ya Tin"

Wednesday, January 17, 2007

Aftér Thë Ráin


I enjoy the fields of gold feelings on my way home yesterday. It’s completed with the fresh air from the heavy pouring rain and the golden light of sun reflected in the dark smooth road, leaving the hot season behind, give some heaven in these couple dusty weeks where the temperature reach high degree above the average and take the grass in to the dry surface without water….

I smell the wet soil aroma and feel the afternoon breezing, and then I said to you:
“you see, everything will be beautiful at the time. let the momentum find you, there no need to worries now, right”
Percakapan Tiga Kota

kegembiraan di sore sehari sebelumnya,
dan kita seperti penguasa jejaring operator,
persetan dengan detik 00:59:59,
kita kembalikan keriuhan ruang maya,
lagi dan terus kembali,
ruang hasil getaran pita suara,
tidak ada makan siang yang gratis?
siapa bilang... ^.^; kita sudah membuktikannnya!

percakapan tiga kota,
membuat aku ingin kembali ke jogjakarta!
kota yang tak lagi sama, katamu
tapi tetap menyimpan berbaris-baris tanya,
retakan kenangan, pasir-pasir yang menyelip di kaki,
dan kerinduan pada aroma kayu bakar di pagi hari,

temans,
wait for me... di bulan ke delapan,
aku akan tidur lagi di kasurmu,
menikmati pecahan aquariummu,
menahan alergiku pada kapuk-kapuk kamarmu,
dan mencoba berdamai dengan wangi kamboja,
hiii... aku penakut tau....

juga,
pada saat itu aku ingin melihatmu,
keluar dari galerimu,
melakukan apa yang selama ini tertinggal,
itu kan bulan wisuda, manis,
bulan pesta pora dan jejingkrakan,
jadi kau harus hadir juga…
dengan kebayamu yang berwarna ungu,
ungu yang sama dengan matamu....


June 11, 2006

Monday, January 15, 2007

For Manut Nite Memory of Aceh Coffee



A few months ago in my visit to Jogja, I step by and drinking some glasses of coffee at “Manut Nite” near Klebengan area. That night, my old friend pick some choices of coffee for me, he insisted that I have to give a try to drink Aceh Coffee, it’s a thick and bitter coffee, but I guess it didn’t work for me, cause it makes me dizzy and sleepy (^.^) kind of out of line, since people drinking coffee to stay aware and awake.

At Manut Nite, we can have many kind coffees from around Indonesia; they have Medan Coffee, Java Coffee, Lampung Coffee, Merapi Coffee, and others. It’s a nice place to gathering with friend, it open until late or sometimes even until early morning. There, we found many groups of people who enjoy their discussion and spending hours of time.

For me that place is warmer than any coffee shops that I ever visits. That’s why when my coffee head Austrian friends came, I want to take him there, but it’s impossible, since we don’t have our agenda in Jogja, so we just stop by at Hero Dept. Store and buy some instant coffee, kakakak I hope that’s enough. Maybe latter on his country, he can have Aceh Coffee at the local Starfucks…ups Starbucks Coffee I mean (^.^)

Yup, from the news in Indonesia's Investment Coordinating Board Website, “Starbucks Corp. has signed a deal to buy coffee from Indonesia's tsunami-ravaged Aceh province, as Indonesia is the fourth-largest coffee-bean producer in the world and Aceh's fertile soil produces about 40 percent of Indonesia's premium Arabica coffee beans”. It has to be in fair price, of course!

We can also find Aceh Coffee development from The Coffee Forum Meeting last year, they have APED project (Aceh Partnerships for Economic Development) for infrastructure development, production aid, farm rehabilitation, working capital and staffing for the coffee research agency.

In being positive, hopefully these can be a good starts for Indonesian Economic Development.

Friday, January 12, 2007

Wondering on Idol Concept

It's just yesterday when my best friend hysterically talking about the expensive ticket to Jamie Cullum up coming concert. She is a total fan of Jamie Cullum and Michael Schumaker. She can crying all night long to accepting MS retired, for she already preparing the budget to go to Sepang this year in watching MS racing. Hem… for me that is totally weird and I can’t put my empathy on it—but she can crying on me still.

Until now, I’m still wondering about the idol concept, how can “everybody” surround me have their own Idol, while I’m not. In my ideal concept of Idol, it should be the one that perfect in everything, and I’m afraid we all know ‘no bodies perfect’, nothing can be anything. From then I wondering, can I have an idol? why I never have one?.

Okay, once I've been like couple of people for what they did, what their opinion or what their style, but then I saw weakness on each of them, then I get bored soon, then I turn to other things. Is it because that I always see everybody is as the same like me and else, so then I never be a fan?

For me, it’s more interesting to studying people; analyze this and that from them. There so many kinds of people out there, one is different from other, kindness in everybody and devil inside them. Analyze them is super for me.

For long time ago, this thing becomes my habit since the day I don’t remember. I do simulate people on that--bad me, kekekek, I do watching people, goggling for one attitudes theory and analyzing it. You know, it’s because I like this statement a lot:

“always see why people do things they do, not what they do”

Evermore people dynamically change, from good to bad, from bad to good, in a relativism theory of course.

People do have the joy and problem. People do sad and happy. But people can’t be a God for any kind of reason—even in God I still questioning: why and how.

Me, myself also dynamically change, once I like this, then I like something else. So, yes I don’t think I need an Idol. I think all this time, I only idolizing my self. (^.^) hihihih.

Saturday, January 06, 2007

salsa with me?



one fine morning in bulaksumur area, and we get in to a serious discussion about Uses and gratification theory.

but I didn't remember it as the morning when we be a master in Uses and gratification theory, or understand that this theory explained about the reason for people choices when they consumize the media, no I'm not (^.^) cause we're not--kakakakak this what make our tutor mad, i think.

salsa is my memory from that beautiful morning, the energetic dance from the cuban.

eventhough javanese dance stil number one in my heart,this six steps dance amaze me in celebrating my body, have fun and sexy :p

with your 1-2-3 steps which still buzing around my head, and the rainbow from sun-through-the-leaves that i kept in my mind, this day i dance again for the feeling of missing the old time dancing with you...