Tuesday, April 17, 2007

saat ini tentangmu

permainan kita sayangku,

jauh lebih romantis dari pelukanmu saat aku pilek,

jauh lebih manis dari ciumanmu di pagi buta,

jauh lebih berani dari waktu kau melamarku,

saat kujawab semua pertanyaanmu,

kau tak perlu menatapku sayang,

karena lensa kejujuran itu telah kukirimkan lewat sms tengah malam kita,

telepon dini hari yang gila,

dan jajaran kata yang kuketik untukmu,

dan hanya untukmu...

Tuesday, April 03, 2007

PUISI BIDADARI



bidadari, aku menulis padamu:

aku tidak tahu apa yang kau bawa,
dan apa yang kau tinggalkan,
aku tidak tahu apa yang ingin kau pertahankan,
dan apa yang ingin kau relakan,

kau adalah siluet indah di sebuah pertigaan,
yang selalu membekas dalam kotak pikiranku,
hantu yang manis dan cantik;

sesaji untukmu adalah pelangi di jalan tol,
serta bunga pinggir jalan berwarna orange,
karena kau adalah hantu yang eksentrik;

bidadariku,
kutunggu kau malam ini untuk bercengkrama,
tak usah kau hadir di bawah pohon anggur tempatku menatap bintang,
cukup kau tatap langit yang sama,
lalu dengan hati perempuan yang kita miliki,
sama-sama resapi cinta yang juga sama;

bidadari putih,
ketikan jarimu adalah energi terindah saat ini*

bidadari: aku jatuh cinta
siang itu, di bawah bulatan matahari,
sambil meringis, mengernyit,
kubuka pagar yang berderik,
hati-hati berjingkat menemuimu,
menemanimu mencipta teduh,
kukulum senyumku, lalu...
tap! dengan mengikat selembar kerudung pelangi,
aku membingkaimu dari buram kaca bis kota,
memandangmu sebagai keindahan,
dan berkata dalam hati: ”you are life it self”
sadar, aku pun jatuh cinta kepadamu;
:perempuan karnaval paling manis

lagi, untukmu bidadari
aku membagimu bagai bulan terbelah dua,
aku tidak bisa menyimpanmu hanya dalam pikiranku,
karena sore yang kita sepakati tampaknya mulai memerah,
tumpah dalam tatapanmu yang lebih berupa lirikan,
jangan kau pegangi lagi tanya yang kau tahu dia takkan bisa menjawabnya,
dia tetap ada setelah kau patahkan dengan kepak sayapmu,
jadi tidak dapatkah kau mencintai tanpa kau mendoktrinnya,
atau menahannya untuk terus berada dalam segitiga yang terus kau ungkit,
sekali lagi,
kutunggu kau untuk menjawabnya,
beri aku peta hatimu,
biar kutundukkan arahmu yang centang perentang

Lubhyati
ah, ternyata kau memang ada di sana,
kukira kau hanya siluet yang pernah kutemui di pertigaan itu,
yang kucatat dalam sebuah perasaan kamaratih pada kinasihnya,
berapa tahun yang pajang kita lewati tanpa kata-kata sayang,
lalu bagaimana cinta itu bisa menampakkan diri...
padahal aku tidak pernah benar-benar menyentuhmu,
meraba pipimu atau mengecupnya,
apa itu perlu bukti sayang?

uhm...
tapi aku tidak perlu dekat denganmu,
menghabiskan hidupku bersamamu,
meronce waktu-waktu jakarta melihat pameran,
atau menonton pekan raya,
soalnya, nanti kepuasaan itu akan hilang bukan,
kepuasan menikmatimu dalam ingatan siluet di pertigaan itu...