Sunday, November 05, 2006

Managing Emotion



Pagi itu Eyang membaca diriku, di hadapan wajah Yesus dan putaran musik new age beliau menusukku dengan sebutan: Perempuan Pemarah. Padahal pada jam itu aku sedang menghadapnya dengan tersenyum cerah, tertawa-tawa sehabis bertemu malaikat kecilku.

Aku bertanya: "Kenapa Eyang berkata begitu?" beliau tidak menjawab, selanjutnya beliau justru membicarakan tentang indung telurku yang tidak muncul-muncul, juga soal dua tempat di rahimku yang kosong melompong dan nasehat tentang doa-doa kesuburan.

Ketika aku pamit undur diri, baru Eyang tiba-tiba berkata dengan senyum di wajahnya: "Kenapa kamu selalu marah pada semua hal adalah karena bibit dalam hidupmu, jadikan kesabaran mengalahkannya, berdoalah, sehingga pada saatnya nanti kau dapat mendidik anak-anakmu menjadi manusia yang penyabar."

Aku terdiam, tersenyum dan mengangguk. Dalam hati aku berkata dan berjanji: aku akan lebih bersabar, berlatih mengelola emosi dan mengembangkan kasihku.